Jakarta (Pemilu2019) – Pesisir pantai utara (pantura) Pulau Jawa merupakan wilayah yang padat aktivitas, baik aktivitas manusia, industri, maupun ekonomi. Konsekuensi dari padatnya aktivitas tersebut akan menyebabkan penurunan daya dukung wilayah pesisir. Kegiatan di wilayah pesisir pantura yang kurang tertata dengan baik menyebabkan kerusakan wilayah pesisir. Salah satu indikator kerusakan wilayah pesisir adalah mulai berkurangnya luasan lahan mangrove, lamun dan terumbu karang sehingga memicu terjadinya abrasi dan akresi/sedimentasi.
Secara umum kerusakan yang terjadi tidak sedikit. Disamping kerusakan pantai secara fisik dan ekosistem pesisir pun rusak berat. Masalah erosi, sedimentasi dan abrasi pun dirasakan sangat mengganggu aktivitas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Misalnya, hilangnya penyangga pantai, yaitu hutan mangrove. Dilain pihak, pengembangan dan pemanfaatan yang dilakukan, misalnya dengan adanya konversi lahan hutan bakau menjadi tambak tanpa pertimbangan yang memadai sehingga pada gilirannya akan memicu laju erosi, sedimentasi dan abrasi secara tak terkendali.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, Direktorat Pesisir dan Lautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2009 mulai mengembangkan program Gerakan Ayo Tanam Mangrove atau yang disingkat ATM. Sebanyak 420.000 bibit mangrove telah ditanam di 42 Hektar (7 desa di 4 Provinsi yaitu Jawa Timur tahun 2009, Provinsi Maluku tahun 2010, Jawa Tengah tahun 2010 dan 2011 serta Banten tahun 2010). Program ini tidak hanya untuk rehabilitasi lahan mangrove, tetapi untuk meningkatkan kesadaran dalam pelestarian dan perawatan daerah mangrove.
Pada Tahun 2009 Gerakan Ayo Tanam Mangrove pertama kali dilaksanakan di Desa Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 110.000 dengan jenis Rhizopora dan Avicennia . Tahun 2010, kegiatan program yang dilaksanakan di Desa Depok, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Kota Ambon, Provinsi Maluku dan Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang Pro vinsi Banten. Di Desa Depok, Pekalongan ditanam sebanyak 60.000 bibit mangrove jenis Rhizopora , di Kota Ambon ditanam 25.000 bibit jenis Rhizopora pada 5 lokasi dan di Desa Tanjung Pasir ditanam 40.000 bibit jenis Rhizopora . Pada Tahun Anggaran 2011 program dilaksanakan di Desa Mangunharjo di Kota Semarang sebanyak 40.000 bibit Rhizopora .
Tujuan dari program ini adalah meliputi (i) pemulihan dalam jangka panjang wilayah pesisir dengan penanaman mangrove, (ii) memberikan kesadaran kepada seluruh masyarakat tingkat tentang pentingnya ekosistem mangrove, (iii) mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya meningkatkan lingkungan pesisir dengan penanaman mangrove dengan cara/metode yang biasa dilakukan masyarakat setempat, (iv) meningkatkan kesadaran masyarakat dan partisipasi aktif dalam rehabilitasi ekosistem mangrove dalam rangka menciptakan wilayah pesisir hijau, dan (v) memberikan dukungan dan keterampilan kepada masyarakat lokal untuk pengenalan potensi penambahan menghasilkan dengan pengelolaan dan pemanfaatan mangrove.
Program ini melibatkan masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam penanaman mangrove, perawatan dan pemanfaatan secara ekologis. Selain penanaman mangrove, kegiatan lain yang dilaksanakan pada Gerakan Ayo Tanam Mangrove termasuk (i) pelatihan peningkatan sumber pendapatan sebagai mata pencaharian alternatif dan pemanfaatan pascapanen, (ii) penyadaran kepada masyarakat untuk melestarikan lingkungan pesisir, (iii) kompetisi terkait pelestarian lingkungan pada generasi muda/mahasiswa dan masyarakat setempat, dan (iv) pameran pelestarian ekosistem mangrove dan makanan berbahan mangrove.
Sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pun dalam pengelolaan mangrove melalui Kegiatan Ayo Tanam Mangrove dapat terbina sehingga dari segi anggaran dan pemanfaatan lebih efektif. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat berbagi anggaran dalam pengelolaan mangrove sehingga tidak menghambur-hamburkan anggaran. Akan banyak anggaran yang terserap dengan baik dan efisien melalui kegiatan ATM ini.
Kegiatan yang tidak hanya sekedar seremonial ini dapat memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat dan dapat dijadikan percontohan kegiatan pelestarian lingkungan yang terpadu dan bersahabat kepada masyarakat. Mereka dilatih bagaimana cara pembibitan untuk menyediakan kebutuhan bibit mangrove untuk program lain di lokasi yang berbeda. Dengan kegiatan ATM, pendapatan kelompok masyarakat akan meningkat. Para ibu rumah tangga dapat menerapkan apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan, mereka dapat menghasilkan produk-produk yang dibuat berbahan dasar mangrove dan pascapanen bandeng. Generasi muda pun lebih sadar dalam pemulihan lingkungan, sebagai investasi kesadaran awal, sehingga mereka dapat memberikan saran kepada orang lain agar mencoba untuk mulai melindungi lingkungan. Kegiatan ATM ini pun tidak berhenti saat penanaman saja tetapi sampai masa pemeliharaan yang juga melibatkan masyarakat dan hasil kegiatan ini pun terdokumentasikan melalui peliputan media maupun dalam bentuk buku dan media dokumentasi lainnya. (Prasenja)
http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http://pemilu2019.com/article/102453/ayo-tanam-mangrove-selamatkan-pesisir-kita.html&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&font&colorscheme=light&height=35