Pengamatan Lamun di Pulau Pramuka

DCIM\103SPORT

Pengamatan lapangan padang lamun dilakukan di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia pada tanggal 14-15 November 2014. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui biota-biota di padang lamun, komposisi jenis lamun, sebaran, tipe vegatasi, tipe substrat, luas tutupan, kerapatan, biomas dan pengumpulan data awal stok karbon padang lamun.

Ember Pelampung sebagai wadah peralatan penelitian. (Pemilu2019/Prasenja)

Kuadrat sebagai tempat menentukan lokasi pengamatan. (Pemilu2019/Prasenja)

Pada pengamatan biota di sekitar ekosistem lamun di Pulau Pramuka ditemukan berbagai biota laut seperti moluska, opivullum, udang dan siput. Pengamat juga mencatat kehadiran ikan, kepiting dan ubur-ubur. Biota diamati sepanjang transek tegak lurus pantai, dilakukan bersama-sama saat pengukuran zonasi lamun.Lebar area pengamatan 1 m eter ke kanan dan 1 meter ke kiri, b iota yang dijumpai sepanjang transek dicatat dan difoto seperti terlihat pada gambar 2.1 sedangkan Hasil pengamatan terangkum dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1
JARAK (m)BIOTAJUMLAHKETERANGAN
0-4Moluska3Pengukuran dr Batu ke lamun
5-7Opivullum3Lubang
7-11 Udang9Kehadiran Ikan (meter ke-8)=2
Opivullum5Kehadiran Kepiting (meter ke-9)=1
12-16Opivullum11Kehadiran ubur-bur (meter ke-14)
Udang9 
17-19Opivullum3Kehadiran Ubur-bur (meter ke-17.5)
Udang1 
20-24Moluska (Kerang bulu)1Kehadiran ubur-ubur
24-28Kehadiran ubur-ubur
29-30siput1Kehadiran ubur-ubur

Pengukuran lokasi pengambilan sampel. (Pemilu2019/Prasenja)

Tumbuhan Lamun yang ditemukan di pesisir Pulau Pramuka adalah Halodule Uninervis Cymodocea Rotundata Thalassia Hemprichii dan Halophilla ovalis Ciri-ciri Halodule uninervis adalah memiliki bentuk d aun memanjang dan sempit , ujung daunnya yang berbentuk trisula dengan satu vena sentral yang membujur dengan ukuran lebar daun 1-1,7milimeter. Ciri-ciri Cymodocea rotundata adalah tepi daun bergerigi, akar tiap nodus banyak dan bercabang, tulang daun sejajar, satu tegakan terdiri dari 2-3 helai daun . Ciri-ciri Thalassia Hemprichii adalah daun lurus sampai sedikit melengkung, tepi daun tidak menonjol, panjang daun mencapai 20 cm, lebar mencapai 1 cm, seludang daun tampak nyata dan keras dengan panjang 3-6 cm, rimpang keras, menjalar, dan ruas-ruas rimpang mempunyai seludang. Sedangkan ciri dari Halophilla ovalis adalah tiap nodus terdiri dari 2 tegakan, mempunyai akar tunggal di setiap nodus, tulang daun menyirip.

Pengamatan k erapatan, luas tutupan dan biomas pada padang lamun Dilakukan sepanjang transek tegak lurus pantai. Transek permanen panjang 50m tegak lurus  pantai sebanyak 1 buah (Seagrass Watch–Komunitas). Dari pengamat ditemukan bahwa kerapatan dan luas tutupan di padang lamun di pesisir Pulau Pramuka mencapai 5-95% dengan species lamun paling banyak yang ditemukan adalah Thalassia hemprichii 

Pak Wawan sedang menunjukan jenis-jenis lamun. (Pemilu2019/Prasenja)

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun, lamun memiliki tingkat kerusakan tinggi jika luas area kerusakan > 50% dan dikategorikan rusak jika penutupan berkisar 29,9 – 59,9%.   Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut, tingkat kerusakan lamun di Pulau Pramuka bervariasi antara rusak sampai masih tergolong baik.

Untuk menentukan kerapatan setiap jenis lamun maka setelah dilakukan pengumpulan sample maka dilakukan pemilahan dan penghitungan jumlah tunas dan batang kemudian ditimbang seperti dapat dilihat pada gambar 2.3 untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data  dengan hasil dapat dilihat pada tabel 2.2.

  Tabel 2.2 Kerapatan dan Berat Basah Setiap Jenis Lamun Dalam Segmen

KodeJenisKerapatan per m2Berat basah (gram) per m2
AkarRimpangPelepah daunHelai daunTotal
T1-1Cynodocea rotundata47554.5233.512254.250
 Thalassia hemprichii425275.5512318.52020
T1-2Halophila ovalis42500027.50
 Cynodocea rotundata700215.25187.75237.75365.50
 Thalassia hemprichii55068.25133.5191161.750
T1-3Halophila ovalis27500003
 Cynodocea rotundata6501190.2592880
 Thalassia hemprichii675109.5580.75640.53810
 Rumput laut00001341.75
T1-4Halophila ovalis195028.7533.5041.250
 Cynodocea rotundata85076198.2520296.250
 Thalassia hemprichii67518.5377.25308196.750
T1-5Halophila ovalis2425000073.25
 Cynodocea rotundata25010.7545.25403.50
 Thalassia hemprichii22546.75126.5246112.50
 Halodule uninervis2425135.5120.537.2520.50

Pada Tabel 2.2. dapat dijelaskan bahwa Thalassia hemprichii memiliki kerapatan yang bervariasi dalam setiap segmen dengan kerapatan tertinggi pada segmen trasek 1-2, sedang Cynodocea rotundata kerapatan tertinggi ada pada segmen trasek 1-4. Halophila ovalis memiliki kerapatan tertinggi pada segmen trasek 1-5 dan Halodule uninervis hanya ditemukan pada segmen trasek 1-5 dengan kerapatan 2425 per m2 .

Dalam pengamatan lamun, dilakukan juga pengambilan sampel lamun. Pengambilan sampel kerapatan dan biomas jenis kecil (non Enhalus ) mengunakan bingkai 20 x 20 cm.Semua lamun dalam bingkai 20 x 20 cm diambil kemudian dimasukan kantung plastik, diberi label. Di base camp sampel di cuci, pisahkan menurut jenisnya, hitung jumlah tunas, pisahkan menurut bagian tananam bungkus dengan kertas samson, dikeringkan ditimbang beratnya. Pada riset yang sesungguhnya, tujuan akhir pengambilan sampel lamun adalah untuk menghitung stok karbon yang tersimpan di suatu padang lamun pada suatu daerah tertentu. Hasil pengumpulan sampel dapat dilihat pada table 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Tunas dan Berat Basah Setiap Jenis Lamun Dalam Segmen

KodeJenisJumlah tunas per 20×20 cmBerat basah (gram) per 20×20 cm
AkarRimpangPelepah daunHelai daunTotal
T1-1Cynodocea rotundata192.189.344.882.17 
Thalassia hemprichii1711.0220.4812.748.08 
T1-2Halophila ovalis17   1.1 
Cynodocea rotundata288.617.519.5114.62 
Thalassia hemprichii222.735.347.646.47 
T1-3Halophila ovalis11    0.12
Cynodocea rotundata260.443.613.683.52 
Thalassia hemprichii274.3823.2325.6215.24 
Rumput laut     53.67
T1-4Halophila ovalis781.151.34 1.65 
Cynodocea rotundata343.047.938.083.85 
Thalassia hemprichii270.7415.0912.327.87 
T1-5Halophila ovalis97    2.93
Cynodocea rotundata100.431.811.60.14 
Thalassia hemprichii91.875.069.844.5 
Halodule uninervis975.424.821.490.82 

DAFTAR PUSTAKA

Arber , Agnes Robertson 1920.Water plants; a study of aquatic angiosperms. Botany Publisher,Cambridge, Inggris.

Atmini, Sri dkk, 2014. Refleksi 2010-2014 dan Agenda 2015-2019 “Laut Masa Depan Kita” , Ditjen KP3K. Jakarta

Aziz, Ikhsan Abdul, 2010. Keterkaitan Komunitas Makrozoobentos dengan Ekosistem Lamun di Kawasan Rehabilitasi Lamun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Tesis Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor. Bogor, Indonesia

Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan EkosistemPadang Lamun. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor. Bogor, Indonesia

Fortes,M.D. 1989. Seagrasses: a resource unknow in the Asean region . Iccarm Education, Manila, Filipina

Kiswara, Wawan. 2013. Tehnik transplantasi lamun yang mudah dan murah: Tunas tunggal Enhalus acoroides dan kumpulan tunas Thalassia hemprichii di Pulau Pari, Jakarta. Pusat Penelitian Oseanografri – LIPI

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

Nontji, Anugerah. 2010. Saatnya Peduli Padang Lamun. http://www.wwf.or.id/?15721/Saatnya-Peduli-Padang-Lamun diunggah 25 November 2014 .

Prasenja, Yanelis. 2014. “Mengawal Aturan Main Kelautan” Sebuah Refleksi 2010-2014 Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecilhttp://pemilu2019.com/article/145725/mengawal-aturan-main-kelautan–sebuah-refleksi-20102014-direktorat-jenderal-kelautan-pesisir-dan-pulaupulau-kecil.html diunggah 25 November 2014.

Rudyanto, Arifin Ir, MSc., PhD, 2004. Kerangka Kerjasamadalampengelolaan Sumber DayaPesisir dan Laut.Makalah Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah. Bappenas, Jakarta, Indonesia 

Sahetapy, D. 2013. Materi Kuliah Pengelolaan Sumberdaya Hayati Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil. Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pasca Sarjana Universitas Pattimura Ambon. Ambon

Surat Edaran Dinas Hidro Oseanografi Nomor 1641 Tahun 2012 tentang Data Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fpemilu2019.com%2Farticle%2F150544%2Fpengamatan-lamun-di-pulau-pramuka.html&width&layout=standard&action=like&show_faces=true&share=true&height=80&appId=145082632176016

Tulisan ini dipublikasikan di Laut Masa Depan Kita dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *