Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Lawang Sewu merupakan bangunan kuno “seribu pintu” peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1904.

Jakarta (Pemilu2019) – Setelah sekian kali saya berplesir ke kota Semarang, baru kali ini bisa menyempatkan diri berkunjung ke Lawang Sewu. Kunjungan pertama ke Lawang Sewu menjadi spesial karena ditemani si kecil Amar Rahadyan Faqih dan istri.

Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Amar Rahadyan Faqih foto bersama ayah di depan pintu jaga petugas Lawang Sewu. (Pemilu2019-Aning T S)

Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Bangunan yang digunakan sebagai pos penjaga saat jaman kolonial di depan gerbang lawang sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Amar Rahadyan Faqih foto bersama bunda di depan bangunan Lawang Sewu sisi kiri yang sudah di renovasi. (Pemilu2019-Prasenja)

Kunjungan ini memang diniatkan setelah acara pernikahan saudara di Kendal. Kami merubah jadwal kembali ke Jakarta dengan di undur satu hari agar bisa menyempatkan keliling kota Semarang. Kunjungan pertama kami ke Lawang Sewu yang kemudian dilanjutkan ke Klenteng Sam Po Kong (yang akan saya bahas di tulisan berikutnya).Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Bangunan Lawang Sewu yang sudah di renovasi. (Pemilu2019-Prasenja)Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

De n ah lokasi Lawang Sewu yang terpasang di depan pintu masuk Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Lawang Sewu sendiri merupakan bangunan kuno “seribu pintu” peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1904. Gedung yang terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang ini awalnya merupakan kantor pusat perusahaan kereta api (trem ) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS).

kereta api kuno di Lawang Sewu
Kereta Api kuno yang di pamerkan dihalaman Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Amar dan Bunda Pose di depan kereta api Lawang Sewu

Amar dan bunda berpose di samping Kereta Api kuno yang di pamerkan dihalaman Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang di sisi kanan dan kirinya. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda karena memang bangunan ini di desain oleh arsitek Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag.

Kamar Mandi Lawang Sewu

Kamar Mandi Lawang Sewu yang pernah digunakan untuk pengunjung. (Pemilu2019-Prasenja)

Wastafel Lawang Sewu

Wastafel di kamar mandi Lawang Sewu yang sudah rusak. (Pemilu2019-Prasenja)

Uriner di Lawang Sewu

Uriner di kamar mandi Lawang Sewu peninggalan kolonial yang sudah rusak. (Pemilu2019-Prasenja)

Sayangnya saat kunjungan kami gedung ini masih direnovasi sehingga ada beberapa lokasi yang belum boleh dikunjungi. Ditambah lagi dengan rewelnya Amar yang tidak betah karena teriknya siang hari membuat kunjungan ini menjadi kurang menarik. Namun saya tidak mau kehilangan momen, kubujuk Amar dengan rayuan agar tidak rewel dan mau berpose untuk difoto.

Ekspresi Amar ahadyan Faqih saat melihat foto kereta api

Nampak ekspresi Amar Rahadyan Faqih yang tertarik melihat foto kereta api yang dipamerkan di Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Keceriaan Amar bersama Bunda di Lawang Sewu

Keceriaan Amar Rahayan Faqih bersama bunda di Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Lorong-demi lorong kami kunjungi mulai dari lantai dasar hingga loteng bangunan yang digunakan penembak jitu kolonial mengamakan kawasan ini. Di salah satu lorong luar Lawang Sewu ternyata terdapat kios-kios orang berjualan yang hanya menggunakan meja saja. Kami pun membeli beberapa kaos sebagai oleh-oleh walaupun harganya cukup mahal. Setelah lelah berkeliling di Lawang Sewu, kami beristirahat sejenak di bawah pohon kecil namun rindang yang di sekitarnya terdapat bunga-bunga yang menjadi daya tarik Amar untuk melupakan kelelahannya.

Amar Rahadyan Faqih melepas dahaga sambil mennggu bunda berbelanja

Amar Rahadyan Faqih melepas dahaga sambil mennggu bunda berbelanja di Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Pedagang cendera mata di lorong Lawang Sewu

Pedagang cendera mata di lorong Lawang Sewu yang sedang melayani pembeli. (Pemilu2019-Prasenja)

Amar Rahadyan Faqih yang sedang memetik bunga

Amar Rahadyan Faqih yang sedang memetik bunga di taman Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Pemandu Wisata yang sedang menjelaskan sejarah Lawang Sewu

Pemandu Wisata yang sedang menjelaskan sejarah Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju pint u keluar. Didekat pintu keluar Lawang Sewu terdapat lokomotif uap C2301 yang dibuat tahun 1908. Rupanya Amar tertarik dengan lokomotif tersebut lalu bersama bundanya naik kedalam loko tersebut dan berpose untuk difoto.

Amar Rahadyan Faqih yang berpose di atas lokolotif uap C2301

Amar Rahayan Faqih yang berpose di atas lokomotif uap C2301 yang dibuat tahun 1908 yang berada di Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Amar Rahayan Faqih yang berpose bersama bunda di atas lokomotif uap C2301 yang dibuat tahun 1908.

Amar Rahayan Faqih yang berpose bersama bunda di atas lokomotif uap C2301 yang dibuat tahun 1908 yang berada di Lawang Sewu . (Prasenja-Pemilu2019)

Pengunjung yang akan turun dari loteng Lawang Sewu

Pengunjung yang akan turun dari loteng Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Lawang Sewu walaupun menyimpan beribu-ribu misteri didalamnya, gedung tua nan kokoh ini sangat menarik untuk dikunjungi. Setelah renovasi selesai, saya yakin daya tarik Lawang Sewu akan semakin meningkat dan nilai sejarahnya pun tidak akan hilang. (Prasenja-Pemilu2019)

Menara pengawas tempat penembak jitu berjaga.

Tangga menuju menara pengawas tempat penembak jitu berjaga yang berada di Lawang Sewu . (Pemilu2019-Prasenja)

Amar Rahadyan Faqih melepas dahaga.

Amar Rahadyan Faqih melepas dahaga setelah seharian berkeliling di Lawang Sewu. (Pemilu2019-Prasenja)

Foto Bersama di Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu

Foto Bersama di Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu. (Pemilu2019-Prasenja)

http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fpemilu2019.com%2Farticle%2F141839%2Flawang-sewu-bangunan-seribu-pintu.html&width&layout=standard&action=like&show_faces=true&share=true&height=80&appId=145082632176016

Tulisan ini dipublikasikan di Perjalanan dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *