Jakarta (Pemilu2019) – Mentawai merupakan kabupaten Kepulauan di Provinsi Sumatera Barat yang konon terbentuk karena letusan deretan gunung api yang memanjang di pulau Sumatera atau yang juga disebut Sirkum Mediterania. Karakter pembentukan yang unik ini yang membuat tanah di Mentawai menjadi lebih subur.
Untuk kelima kalinya saya melakukan perjalanan ke Mentawai, perjalanan saya merupakan tindak lanjut pembangunan di Mentawai atas tragedi tsunami pada tanggal 25 oktober 2010 yang banyak memakan korban harta maupun nyawa. Setiap perjalanan, penuh dengan rasa was-was dan cemas sehingga detak jantung terasa memompa aliran darah dengan begitu cepat. Kecemasan ini semata-mata karena memang saya kurang terbiasa dengan perjalanan laut, apalagi perjalanan malam yang sangat panjang memakan waktu + 9 jam menyebrang dari Pelabuhan Bungus (Padang) menuju Pelabuhan Sikakap di Pulau Pagai Utara atau ke Pelabuhan Tua Pejat di Pulau Sipora yang juga menjadi Ibu Kota Kabupaten. ditambah lagi setiap perjalanan saya pun diiringi cuaca yang kurang baik.
untuk menuju Mentawai, kita bisa menggunakan kapal penyeberangan yang diberi nama Ambu-Ambu. Kapal penyeberangan ASDP ini berangkat sore hari dan tiba di paginya. Itu pun hanya berangkat seminggu sekali, sehingga bisa dibayangkan betapa ramainya suasana Ambu-Ambu.
Rasa jenuh, lelah dan was-was itu pun terbalas dengan keindahan panorama alam yang disajikan di Mentawai. Hamparan pasir putih dan jejeran pohon kelapa menampakkan keasrian pantai-pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kerusakan akibat bencana tsunami tahun 2010 silam, sudah tidak tampak lagi, karena pembangunan rehabilitasi dan pemulihan pasca bencana berjalan dengan cepat. Ditambah lagi banyak lokasi di Kepulauan Mentawai yang mempunyai potensi ombak yang sangat baik untuk berselancar sehingga menjadikan Mentawai, surganya para peselancar dunia.
Kedatangan saya ke Mentawai relatif singkat, saya pun tidak bisa menyempatkan untuk berkunjung ke kampung suku pedalaman Mentawai yang merupakan suku terunik didunia. Suku yang masih menampakkan ke-primitif-an dengan pola hidup dan tradisi yang masih khas yaitu masih memegang luhur budaya nenek moyangnya.
Tujuan saya kali ini adalah ke Dusun Pasapuat yaitu salah satu lokasi yang diterjang tsunami. Dusun Pasapuat secara administrasi masuk kedalam Desa Saumangaya, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Dusun Pasapuat merupakan pintu gerbang desa dengan akses melalui laut. Dusun Pasapuat merupakan salah satu dusun yang mempunyai pantai dengan pasir putihnya yang indah dan perbukitan hijau yang memanjang, sepanjang pulau Pagai Utara.
Perjalanan dari pelabuhan Sikakap menuju Pasapuat bisa dilakukan melalui akses darat dan laut. Untuk akses darat hanya bisa dilakukan dengan ojeg karena jalan yang tersedia hanya berupa jalan berlapis semen tipis dengan lebar kurang dari 3 meter yang dapat ditempuh + 2-3 jam. Ongkos sekali perjalanan biasanya ojeg memasang tarif 300 ribu rupiah. Sedangkan melalui akses laut dapat ditempuh dengan long boat selama satu setengah sampai dua jam, tergantung kondisi cuaca. Biaya sewa boat + 2-3 juta rupiah tergantung dari ketersediaan bahan bakar.
Perjalanan menuju ke Dusun Pasapuat saya lalui melalui akses laut karena saya harus cepat kembali ke pelabuhan Sikakap sore harinya untuk kembali ke Padang. Maklum sajalah, kapal penyebrangan Sikakap-Padang hanya ada satu minggu sekali, artinya jika saya tidak bisa kembali sore harinya maka saya harus menunggu satu minggu lagi untuk dapat kembali ke Padang atau menggunakan kapal kayu yang lebih kecil dari Ambu-Ambu.
Jika kita menggunakan transportasi darat, kita akan disuguhkan pemandangan perbukitan hijau yang indah diselingi perkebunan coklat, kopi dan tanaman pertanian. Kita pun akan melewati perkampungan-perkampungan nelayan yang homogen serta hutan-hutan di perbukitan Pagai Selatan ini.
Kondisi lingkungan di Dusun Pasapuat masih terlihat sangat asri, sudah tidak lagi tampak sisa-sisa tsunami, karena pemulihan pasca tsunami sudah banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun LSM dari dalam dan luar negeri. Pemukiman penduduk pun sudah tertata dengan baik karena sudah dibangunnya huntara (hunian sementara) dan rumah-rumah baru yang di disain ramah bencana dengan lokasi yang agak tinggi dan jauh dari bibir pantai. Rehabilitasi kawasan permukiman yang dilakukan, lebih mengedepankan upaya mitigasi bencana.
Perjalanan yang menguras tenaga dan rasa cemas ini terbayar sudah dengan keindahan panorama pegunungan dan laut yang bisa kita nikmati. Semoga kondisi Mentawai akan lebih baik pasca bencana. Keindahan serta keasrian alam Mentawai serta keramahan masyarakatnya, bisa membawa Mentawai menjadi tujuan wisata, khususnya wisata olah raga minat khusus –selancar- terbaik di dunia. (Pemilu2019-Prasenja)
http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http://pemilu2019.com/article/102010/mentawai-masih-tetap-indah.html&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&font&colorscheme=light&height=35